Gambar Sampul Agama Hindu · bab 6 PELAJARAN VI CATUR VARNA
Agama Hindu · bab 6 PELAJARAN VI CATUR VARNA
Ida bagus

22/08/2021 07:50:33

SMA 10 K-13 revisi 2017

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

143

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Bab VI

Catur Varna

Renungan

Bacalah Bhagavadgita IV.13 di bawah ini dan diskusikan dengan temanmu !

cātur-varṇyaḿ mayā sṛṣṭaḿ

guṇa-karma-vibhāgaśaḥ

tasya kartāram api māḿ

viddhy akartāram avyayam

Terjemahan:

Catur Warna aku ciptakan menurut pembagian dari guna dan karma

(sifat dan pekerjaan). Meskipun aku sebagai penciptanya, ketahuilah

aku mengatasi gerak dan perubahan (Puja, 2000).

A. Pengertian Catur Varna

Memahami Teks

Kata “Catur Varna” dalam ajaran

Agama Hindu berasal dari bahasa Sansekerta,

dari kata ‘catur dan varna’. Kata catur berarti empat . Kata varna berasal dari

akar kata Vri yang berarti pilihan atau memilih lapanagan kerja. Dengan demikian

catur varna berarti empat pilihan bagi setiap orang terhadap profesi yang cocok

untuk pribadinya masing-masing atau empat pengelompokkan masyarakat dalam

tata kemasyarakatan

Agama Hindu yang ditentukan berdasarkan profesinya.

Catur varna membagi masyarakat Hindu menjadi empat kelompok profesi

secara paralel horizontal. Varna ditentukan oleh guna dan karma. Guna adalah

sifat, bakat dan pembawaan sesorang sedangkan karma artinya perbuatan atau

pekerjaan. Guna dan karma inilah yang menentukan Varna seseorang. Alangkah

bahagianya seseorang yang dapat bekerja sesuai dengan sifat, bakat dan

pembawaannya.

144

|

Kelas X SMA/SMK

Pemahaman tentang Catur Varna dapat dijelaskan berdasarkan sastra drstha.

Yang dimaksud pemahaman Catur Varna berdasarkan sastra drstha adalah

pemahaman yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian tentang Catur Varna

menurut yang tersurat dalam kitab suci, sebagai berikuti;

cātur-varṇyaḿ mayā sṛṣṭaḿ

guṇa-karma-vibhāgaśaḥ

tasya kartāram api māḿ

viddhy akartāram avyayam

(Bhagavadgita IV.13)

Terjemahan:

Catur Varna aku ciptakan menurut pembagian dari guna dan karma

(sifat dan pekerjaan). Meskipun aku sebagai penciptanya, ketahuilah

aku mengatasi gerak

dan perubahan

Demikianlah kitab suci menyebutkan bahwa konsepsi tentang “Catur Varna”

diciptakan oleh Sang Hyang Paramakawi. Dengan demikian dapat diartikan

bahwa setiap orang yang lahir ke dunia ini sudah jelas memiliki dan membawa

keahliannya masing-masing. Oleh karena itu di antara kita hendaknya mau dan

mampu belajar untuk mengakui kemampuan dan profesional ciptaan Beliau secara

jujur dan bertanggung jawab. Hindarkanlah diri kita masing-masing untuk

mendiskriditkan sesama kita.

Sumber: www.gentamudahindu.wordpress.com

Gambar 6.1 Catur Varna

145

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Pengertian Varna menurut pembawaan dan fungsinya dibagi menjadi empat

berdasarkan kewajiban. Orang dapat mengabdi sebesar mungkin menurut

pembawaannya. Di sini ia dapat melaksanakan tugasnya dengan rasa cinta kasih

dan keikhlasan sesuai dengan ajaran Agama Hindu.

brāhmaṇa-kṣatriya-viśāḿ

śūdrāṇāḿ ca parantapa

karmāṇi pravibhaktāni

svabhāva-prabhavair guṇaiḥ

(Bhagavadgītā XVIII. 41)

Terjemahan:

O Arjuna, tugas-tugas adalah terbagi menurut sifat, watak

kelahirannya sebagaimana halnya Brahmana, Ksatria, Waisya dan

juga Sudra.

Pembagian kelas ini sebenarnya bukan terdapat pada Hindu saja, tetapi sifatnya

adalah universal. Klasifikasinya tergantung dari tipe alam manusia, dari bakat

kelahirannya. Masing-masing dari empat kelas ini mempunyai kafakter tertentu.

Ini tidak selalu ditentukan oleh keturunan. Di dalam Bhagavadgītā teori Varna

sangat luas dan mendalam. Kehidupan manusia di luar, mewujudkan wataknya

yang di dalam. Setiap makhluk mempunyai watak kelahirannya (swabhava) dan

yang membuat efektif di dalam kehidupannya adalah kewajibannya (swadharma).

Keempat Varna ini memiliki hak yang sama dalam mempelajari Weda. Hal ini

ditegaskan dalam kitab suci Yajurveda ke xxv. 2 sebagai berikut:

Yatenam cvacam kalyanim

avadanijanebhyah brahma rajanyabhyah

cudraya caryaya ca svaya caranaya ca

Terjemahan:

Biar Kunyatakan di sini kata suci ini, kepada orang-orang banyak

kepada kaum Brahmana, kaum Ksatriya, kaum Sudra dan bahkan

kepada orang orangKu dan kepada mereka (orang-orang asing)

sekalipun.

Kata suci yang dimaksudkan dalam kata ini adalah Weda Śruti yang boleh

dipelajari oleh keempat golongan (Brahmana, Ksatria, Waisya ian Sudra) atau apa

pun golongannya. Jadi, Yajurveda memberikan penjelasan bahwa kedudukan

masing-masing Varna dalam Catur ‘Varna dalam mempelajari

Veda adalah sama.

Tidak ada satu golonganpun yang ditinggalkan.

146

|

Kelas X SMA/SMK

Dalam Rg Veda mandala X, lahirnya Catur Varna ini diuraikan secara

mitologis. Varna Brahmana diceriterakan lahir dari mulut Dewa rahma, Ksatria

dari tangannya, Weisya dari perutnya, sedangkan udra dari kakinya. Mitologi Rg

Veda ini melukiskan bahwa semua warna adalah ciptaan Tuhan dengan fungsi yang

berbeda-beda. Keterangan ini dipertegas dalam kitab suci Manawa Dharmasastra

I, 87 sebagai berikut:

Sarvasyāsya tu sargasya

guptyartham sa mahādyutih

mukhā bahū upajjānām

pŗthak karmānya kalpayat

Terjemahan:

Untuk melindungi alam ini, Tuhan Yang Maha Cemerlang

menentukan kewajiban yang berlainan terhadap mereka yang lahir

dari mulutnya, dari tangannya, dari pahanya dan dari kakinya.

Jelas di sini yang dimaksud lahir dari mulut, tangan, paha dan dari kaki tiada

lain adalah: Brāhmaṇa, Kṣatrya, Vaiṣya dan Śudra. Keempat Varna ini justru

dibeda-bedakan fungsinya agar masyarakat dan dunia terlindung dari kehancuran.

Ini menandakan fungsi-fungsi itu sama penting dalam memperoleh harkat

dan martabatnya. Untuk menentukan Varna seseorang, bukanlah dilihat dari

keturunannya tetapi benar-benar ditentukan oleh guṇa dan karma seseorang. Hal

ini ditegaskan lagi dalam Mahabharata XII, 108. Sloka tersebut adalah sebagai

berikut:

Nayonir napi samskara nasrutam

naca santatih karanani

dwijatwasya wrttam

eva tukaranam

Terjemahan:

Bukan karena keturunan (Yoni), bukan karena upacara semata,

bukan pula karena mempelajari

Veda semata, bukan karena’jabatan

yang menyebabkan seseorang disebut dwijati. Hanya karena

perbuatannyalah seseorang dapat disebut dwijati.

147

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Kegiatan Siswa

Setelah mempelajari materi tentang pengertian catur warna ini, kerjakan

kegiatan siswa sebagai berikut :

1. Buatlah kelompok kerja yang terdiri 3-4 orang siswa

2.

Amatilah tentang jenis pekerjaan yang ada di lingkungan sekitarmu dan

kaitkan dengan ajaran catur asrama.

3.

Presentasikan di depan kelas.

B. Bagian-Bagian Catur Varna

Memahami Teks

Untuk dapat menjadi manusia yang baik, manusia hendaknya selalu

mengadakan kerjasama yang harmonis dengan sesama mahluk ciptaan-Nya.

Manusia itu hendaknya selalu merealisasikan ajaran Tat Twam Asi, dalam hidup

dan kehidupan ini. Ida Sang Widhi Wasa yang bersifat Maha pencipta, maha

karya, maha ada, maha kekal, tanpa awal dan akhir yang sering disebut “Wiyapi-

wiyapaka nirwikara”.

Wiyapi-wiyapaka berarti meresap, mengatasi, berada disegala tempat (semua

mahkluk) terutama pada manusia. Kriya (karya) saktinya Tuhan, yang paling

utama adalah mencipta, memelihara dan melebur alam semesta ini beserta segala

isinya termasuk manusia. Manusia adalah ciptaan Tuhan. Percikan Tuhan yang

ada dalam tubuh manusia disebut atman atau jiwatman. Didalam kitab upanisad

disebutkan “Brahman atman aikyam” yang artinya Brahman (Tuhan) dengan

atman adalah tunggal adanya.

Kitab Candogya Upanisad menyebutkan “Tat Twam Asi”. Kata Tat berarti

itu atau dia, Twam berarti engkau, dan asi berarti adalah/juga. Jadi Tattwamasi

berarti dia atau itu adalah engkau juga. Didalam filsafat Hindu, dijelaskan

bahwa Tat Twam Asi adalah ajaran kesusilaan yang tanpa batas, yang identik

dengan “prikemanusiaan” dalam Pancasila. Konsepsi sila prikemanusiaan dalam

Pancasila, bila kita cermati secara sungguh-sungguh adalah merupakan realisasi

ajaran tattwamasi yang terdapat dalam kitab suci

Veda.

Dengan demikian dapat dikatakan mengerti dan memahami, serta

mengamalkan, melaksanakan Pancasila berarti telah melaksanakan ajaran

Veda.

Karena maksud yang terkadung didalam ajaran Tattwamasi ini “ia adalah kamu,

saya adalah kamu, dan semua mahkluk adalah sama” sehingga bila kita menolong

orang lain berarti juga menolong diri kita sendiri. Di sini ia dapat melaksanakan

tugasnya dengan rasa cinta dan keikhlasan sesuai dengan ajaran

Agama Hindu.

148

|

Kelas X SMA/SMK

brāhmaṇa-kṣatriya-viśāḿ

śūdrāṇāḿ ca parantapa

karmāṇi pravibhaktāni

svabhāva-prabhavair guṇaiḥ

(Bhagavadgītā XVIII.41).

Terjemahan:

Oh, Arjuna tugas-tugas adalah terbagi menurut sifat dan watak

kelahirannya sebagai halnya Brahmana, Ksatriya, Vaisya, dan juga Sudra.

Pengelompokkan masyarakat menjadi empat kelas ini sebenarnya bukan saja

hanya terdapat pada Hindu saja, tetapi bersifat universal. Klasifikasi tergantung

dari tipe alam, bakat kelahiran manusia. Setiap kelompok dari empat kelas ini

mempunyai karakter tertentu. Ini tidak selalu ditentukan oleh keturunan, sebagai

mana dijelaskan dalam Kitab Bhagawad Gita.

Teori Varna adalah sangat luas dan mendalam. Tiap-tiap individu adalah focus

dari yang maha tinggi. Selama manusia melakukan pekerjaan sesuai dengan alam

kelahirannya, itu adalah baik dan benar. Dan bila mereka hanya mengabdikan diri

kepada Tuhan, pekerjaannya adalah menjadi alat penyempurna dari jiwanya.

Problem dari kehidupan manusia pada dasarnya adalah menemui kebenaran

dari jiwa kita dan lalu hidup menurut kebenaran itu. Ada empat tipe pada garis

besarnya kehidupan manusia itu, yakni dengan mengembangkan empat macam

kehidupan sosial. Keempat kelas ini tidak ditentukan oleh kelahiran akan tetapi

karakteristik psykhologis. Yang manakah bagian-bagian dari Catur Varna tersebut?

Untuk lebih memudahkan kita memahami tentang keberadaan “Catur Varna”

ke empat bagian yang dimaksud adalah;

1. Brāhmaṇa Varna

2. Kṣatrya Varna

3. Vaiṣya Varna

4. Śudra Varna

Masing-masing bagian dari Catur Varna tersebut di atas dapat dijelaskan secara

singkat seperti di bawah ini:

1. Brāhmaṇa Varna adalah individu atau golongan masyarakat yang

berkecimpung dalam bidang kerohanian. Keberadaan golongan ini tidak

berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia mendapatkan kepercayaan

dan memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas itu. Seseorang disebut

Brahmana karena ia memiliki kelebihan dalam bidang kerohanian.

149

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

2. Kṣatrya Varna ialah individu atau golongan masyarakat yang memiliki

keahlian dibidang memimpin bangsa dan negara. Keberadaan golongan

ini tidak berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia mendapatkan

kepercayaan dan memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas itu.

Seseorang disebut kesatrya karena ia memiliki kelebihan dalam bidang

kepemimpinan.

3. Vaiṣya Varna adalah individu atau golongan masyarakat yang memiliki

keahlian dibidang pertanian dan perdagangan. Keberadaan golongan

ini tidak berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia mendapatkan

kepercayaan dan memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas-tugas untuk

meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Seseorang disebut

wesya karena ia

memiliki kelebihan dalam bidang pertanian dan perdagangan.

4. Śudra Varna ialah individu atau golongan masyarakat yang memiliki

keahlian dibidang pelayanan atau membantu. Keberadaan golongan ini tidak

berdasarkan atas keturunan, melainkan karena ia memiliki kemampuan

tenaga yang kuat dan mendapatkan kepercayaan untuk menjalankan tugas-

tugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Seseorang disebut

sudra karena ia memiliki kelebihan dalam bidang pelayanan.

Berdasarkan uraian singkat tersebut dapat dinyatakan bahwa yang disebut

Catur Varna adalah mengelompokkan masyarakan berdasarkan guna dan karma.

Penggolongan masyarakat ini didasarkan atas fungsional, oleh karena pembagian

golongan ini didasarkan atas tugas, kewajiban, dan fungsinya di dalam masyarakat.

Penggolongan ini bukan bersifat turun-tumurun. Adanya penggolongan ini

merupakan suatu kenyataan dan kebutuhan dalam masyarakat.

Sistem Varna tidak sama dengan kasta, sebab agama Hindu mengutamakan

ajaran Tat Twam Asi dalam memupuk pergaulan dan kerjasama dalam masyarakat.

Jadi semuanya itu berdasarkan sifat dan sikap saling hormat-menghormati

untuk meningkatkan sikap kemanusiaan yang agamais. Siapa saja diantara umat

kebanyakan akan dapat menjadi “Brahmana, Ksatriya, Wesya, dan Sudra” bila

memiliki kemauan dan kemampuan untuk itu. Tinggi rendahnya kedudukan

seseorang di dalam masyarakat tidak ditentukan oleh keturunannya, melainkan

oleh kemampuannya untuk menjalankan suatu tugas.

150

|

Kelas X SMA/SMK

Kegiatan Siswa

Cermatilah gambar dibawah ini dan uraikan gambar tersebut :

Gambar

Uraian Gambar

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

-------------------------------------------

151

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Gambar

Uraian Gambar

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

--------------------------------------------

-------------------------------------------

Paraf Guru

Paraf Orang Tua

Nilai

(........................................)

(........................................)

152

|

Kelas X SMA/SMK

C. Kewajiban Masing-Masing Varna

Memahami Teks

Di dalam kitab Māhabhārata, Maha Reshi Bhisma telah memberi penjelasan

tentang sifat-sifat umum yang harus diikuti oleh setiap Varna, yang berarti juga

untuk semua orang, yaitu:

a.

Akrodha atau tidak pernah marah.

b.

Satyam atau berbicara benar dan jujur.

c.

Samvibhaga atau adil dan jujur.

d.

Memperoleh anak dari hasil perkawinan.

e.

Berbudi bahasa yang baik.

f.

Menghindari semua macam pertengkaran.

g.

Srjawam atau berpendirian teguh.

h.

Membantu semua orang yang tergantung atas dirinya seseorang.

Jika dalam suasana kalut, seperti timbul peperangan atau marabahaya setiap

Varna wajib ikut membela negara atau kerajaan. Kewajiban-kewajiban umum

yang harus dilakukan oleh setiap pemeluk Hindu, tanpa memandang Varna,

pangkat, dan lain sebagainya, disebut Sadharana Dharma.

Sarasamuscaya sloka 63 juga menguraikan kewajiban-kewajiban umum yang

berlaku untuk semua Varna. Kewajiban-kewajiban itu sebagai berikut:

Arjavam cānrśamsyam ca damāś,

cendriyagrahah.

Esa sādhārano dhramaś Catur varnye

brawіmmanuh.

Nyāng ulah pasādhāranan sang Catur Varna, ārjawa, si duga-duga bener,

anrcansya, tan nrcansya, nrçansya ngaraning ātmasukhapara, tan arimbawa

ri laraning len, yawat mamuhara sukha ryawaknya, yatika nrçansya ngaranya,

gatining tan mangkana, anŗçansya ngarnika dama, tumangguhana awaknya,

indriyanigraha, hmrta indriya, nahan tang prawrtti pāt, pasadharanan sang Catur

varna, ling Bhatara Manu.

Terjemahan:

Inilah prilaku keempat golongan yang patut dilaksanakan, Arjawa, jujur dan

terusterang. Anrcangsya, artinya tidak nrcangsya. Nrcangsya maksudnya mementingkan

diri sendiri tidak menghiraukan kesusahan orang lain, hanya mementingkan segala

yang menimbulkan kesenangan bagi dirinya, itulah disebut nrcangsya, tingkah laku

yang tidak demikian anrcangsya namanya; dama artinya dapat menasehati diri sendiri;

indriyanigraha mengekang hawa nafsu, keempat prilaku itulah yang harus dibiasakan

oleh sang Catur Varna, demikian sabda Bhatara Manu.

Jadi kalau disingkat kembali prilaku bagi Sang Catur Varna ada empat yaitu

Anrcansya (tidak mementingkan diri sendiri), Arjawa (jujur dan berterus terang),

153

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Dama (dapat menasehati diri sendiri), Indriyanigraha (mengendalikan hawa

nafsu). Jadi, semua etika umum atau peraturan tingkah laku yang berlaku bagi

umat Hindu berarti berlaku pula bagi semua Catur Varna. Atau sebaliknya.

Kalau kewajiban-kewajiban Varna itu tidak dapat berjalan sebagai mana

mestinya terjadi percampuradukan Catur Varna itu maka akan datanglah masa

yang disebut Kali Yuga di mana masyarakat akan kacau balau dan menuju pada

kehancuran. Campur aduknya Varna di sini seperti tidak dapat bekerja menurut

profesi dan fungsinya. Misalnya seorang Brahmana yang berfungsi sebagai

pembina agama lalu menjadi atau mengambil pekerjaan dagang, seorang penguasa

pemerintahan lalu menjadi pengusaha. Orang yang berbakat dan mempunyai

pendidikan guru lalu bekerja tidak pada bidang pendidikan dan sebagainya.

Sarasamuscaya sloka 61 menjelaskan tentang keadaan kacau-balau kalau

masing-masing Varna tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Sloka tersebut

berbunyi sebagai berikut:

Rājābhir brahmanah sarwabhakso

Waicyo’ nіhāwān hinawarno’ lasaśca,

Widwānacilo wrttahinah kulinah

Bhrasto brāhmanah stri ca dustā

Hana pwa mangke kramanya, ratu wedi-wedi, brāhmana sarwabhaksa. waiçya

nirutsaha ring krayawikrayādi karma, çūdra alemeh sewakta ring sang triV

arna,

pandita duccila, sujanma anasar ring maryā dānya, brāhmana tan satya, stri dusta

duccila.

Terjemahan:

Jika ada hal yang demikian keadaannya, raja yang pengecut, brahmana doyan

segala makanan, waisya tidak ada kegiatan dalam pekerjaan berniaga, berjual

beli dan sebagainya, sudra tidak suka mengabdi kepada Tri Varna, pendeta yang

bertabiat jahat, orang yang berkelahiran utama nyeleweng dari hidup sopan santun,

brahmana yang curang dan wanita yang bertabiat nakal dan berlaku jahat.

Lalu, bagaimanakah semestinya kewajiban masing-masing Varna yang

dianjurkan Hindu? Berikut penjelasan yang lebih rinci:

1. Kewajiban Brāhmaṇa

Istilah Brāhmaṇa berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata “brh” artinya

tumbuh. Dari arti kata ini dapat kita gambarkan bahwa fungsi Brāhmaṇa

adalah untuk menumbuhkan daya cipta rohani umat manusia untuk mencapai

ketenteraman hidup lahir bathin. Brāhmaṇa juga berarti pendeta. Pendeta adalah

gelar pemimpin agama yang menuntun umat Hindu mencapai ketenangan

hidup dan memimpin umat dalam melakukan upacara agamanya.

Karena tugas atau kewajiban pokok dari Varna Brāhmaṇa adalah

mempelajari

Veda (Vedadhyayana) dan memelihara

Veda-Veda itu atau disebut

Vedarakshana, Varna Brāhmaṇa tidak boleh melakukan pekerjaan duniawi.

154

|

Kelas X SMA/SMK

Untuk kehidupannya dia harus dibantu oleh Varna-Varna lainnya. Ini bukanlah

berarti memberikan seorang Brāhmaṇa suatu posisi yang istimewa dalam

masyarakat dan sebaliknya pula bukanlah menganggap Brāhmaṇa itu sebagai

benalu dalam masyarakat.

Kaum Brāhmaṇa dibebani tugas untuk melaksanakan apa pun yang

dipandang perlu demi memajukan kesejahteraan spiritual masyarakat.

Demikian Chandrasekharendra Saraswati menyebutkan dalam bukunya Aspek-

Aspek.

Agama Hindu. Jadi Varna Brāhmaṇa ini adalah golongan atau mereka

yang berkecimpung dalam bidang kerohanian. Brāhmaṇa ini tidak berdasarkan

suatu keturunan, melainkan karena ia mendapat kepercayaan dan mempunyai

kemampuan untuk menjalankan tugas tersebut. Seseorang disebut Brāhmaṇa

karena ia memiliki kelebihan dalam bidang kerohanian.

Dengan kata lain Brāhmaṇa itu adalah golongan fungsional yang setiap

orangnya memiliki ilmu pengetahuan suci dan mempunyai bakat kelahiran

untuk mensejahterakan masyarakat, negara dan umat manusia dengan jalan

mengamalkan ilmu pengetahuannya dan dapat memimpin upacara keagamaan.

Dalam Kitab Sarasamuscaya sloka 56 kewajiban Brāhmaṇa dijelaskan

sebagai berikut:

Dahrmasca satyam ca tapo damaśca

Wimatsaritwam hristitiksanasuya,

Yajnsca dhiritih ksama ca

Mahawratani dwadasa wai barhmanasya.

Nyang brata sang Brāhmaṇa, rwa welas kwehnya. prayekanya, dharma, satya, tapa,

dama, wimatsaritwa, hrih, titiksa, anasuya, yajňa, dāna, dhrthi, ksma, nahan pra

tyekanyan rwawelas, dharma, satya, pagwanya, tapa ngaranya śarira sang śosana,

kapanasaning śarira, piharan, kurangana wisaya, dama ngaranya upaśama, dening

tuturnya, wimatsaritwa ngarani haywa irsya, hrih ngaran irang, wruh ring arang

wih, titiksa ngaraning haywa irsya, hrih ngara ning irang,wruha ring irang wih,

titiksāngaraning haywa

gong krodha, anasūyā haywa dosagrāhi, yaňa magelem

amuja, dāna, maweha dānapunya, dhŗti ngaraning maneb, āhning, ksama ngaraning

kelan, nahan brata sang brāhmana.

Terjemahan:

Inilah Brata Sang Brāhmaṇa, dua belas banyaknya, perinciannya dharma, satya,

tapa, dama wimatsaritwa, hrih, titiksa, anasuya yajna, dana, dhrthi, ksama, itulah

perinciannya sebanyak dua belas, dharma dari satyalah sumbernya, tapa artinya

carira sang cosana yaitu dapat mengendalikan jasmani dan mengurangi nafsu,

dama artinya tenang dan sabar, tahu menasehati diri sendiri, wimatsaritwa artinya

tidak dengki irihati, hrih berarti malu, mempunyai rasa malu, titiksa artinya jangan

sangat gusar, anasuya berarti tidak berbuat dosa, yajna mempunyai kemauan

mengadakan pujaan, dana adalah memberikan sedekah, dhrti artinya penenangan

dan pensucian pikiran, ksama berarti tahan sabar dan suka mengampuni, itulah

Brata Sang Brāhmaṇa.

155

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Tentang peranan dan fungsinya, Brāhmaṇa harus melakukan Yajna dan

bersahabat dengan semua makhluk. Berperanan sebagai guru (acarya) dengan

mengajarkan

Veda, Kalpa dan Upanisad, memimpin upacara Garbhadana.

Melakukan tapa, brata, dan semadi menurut ajaran

Veda. Selama hidupnya

seorang Brāhmaṇa harus tetap meladeni Guru atau Nabenya itu sampai

meninggal. Belajar dan mengajar adalah Yajnya bagi seorang Brāhmaṇa, harus

mengamalkan seluruh ilmu pengetahuannya kepada Varna-Varna yang lainnya.

Tentang sifat dan ciri-cirinya, Brāhmaṇa adalah orang yang mampu

mengendalikan panca indranya, berpengetahuan yang suci, berbudi baik dan

tekun, dapat menguasai dirinya sepenuhnya, tidak makan segala, selalu hormat

kepada orang lain. Kalau ada Brāhmaṇa yang tidak tahu

Veda ibarat seekor

sapi betina yang tidak bisa beranak dan mengeluarkan susu. Selalu waspada

kepada pujian dan cemohan. Seorang Brāhmaṇa tidak boleh menyombongkan

nama Gotranya apalagi untuk kepentingan mendapatkan makanan, ini makan

benda busuk namanya.

Tentang kewajiban dan sifat-sifat seorang Brāhmaṇa: Orang yang bebas

dari ketakutan dan ikatan belenggu-belenggu, tenang, seimbang, sadar dan

dapat mengatasi hawa nafsu, bebas dari rasa marah, orang yang tidak suka

menyakiti dengan pikiran, kata-kata dan perbuatan, orang yang telah padam

penderitaannya, di dalam dirinya bersemayam kebenaran dan kebajikan,

suka hidup sederhana, telah mencapai penerangan yang sempurna, tabah dan

sabar menghadapi hukuman-hukuman, fitnahan, penganiayaan walaupun

dirinya tak bersalah, orang yang dengan seksama menjalankan tugas-tugas

agamanya, sama sekali tidak terikat pada kesenangan-kesenangan duniawi,

mengetahui akhir dari penderitaan, orang yang mengetahui dengan jelas jalan

yang salah, penuh kebijaksanaan, telah mencapai tujuan yang tertinggi, tidak

suka menyiksa dan membunuh makhluk lainnya, tidak pernah mendendam,

kata-katanya mudah dipahami, tidak pernah mencuri, dapat melepaskan

Sumber: http://i.huffpost.com/14/5/2015/10:04 WIB

Gambar 6.2 Seorang Guru Sedang Melakukan Proses Pengajaran

156

|

Kelas X SMA/SMK

diri dari kehidupan dunia ini, telah mencapai dasar keabadian, telah dapat

melepaskan diri dari tumimbal lahir dan kesesatan, sebagai pahlawan yang

dapat menaklukan dunia, mengetahui timbul dan lenyapnya benda-benda yang

hidup, mengetahui kehidupannya yang dulu, mengetahui sorga & neraka, telah

mencapai akhir dari kelahiran.

2. Kewajiban Kṣatriya

Kata Kṣatriya berasal dari bahasa Sansekerta. Artinya suatu susunan

pemerintahan, atau juga berarti pemerintah, prajurit, daerah, keunggulan,

kekuasaan dan kekuatan. Memang kewajiban Kṣatriya dalam Catur Varna

adalah memimpin pemerintahan, untuk memerintah memerlukan kekuasaan,

kekuasaan itu memerlukan kekuatan.

Yang dimaksud dengan kekuatan dalam hal

ini bukan saja kekuatan phisik tetapi yang lebih

utama adalah kekuatan rohani yang berupa

kekuatan iman, kekuatan pikiran (intelegensinya)

dan semangat yang tinggi.

Dalam Buku Tabir Mahabrata oleh Resi

Wahono dijelaskan kewajiban Ksatriya yakni

menjaga ketentraman dunia untuk kepentingan-

masyarakat, dan sama sekali terlepas dari

kepentingan pribadi. Seseorang barulah dapat

disebut bersikap Ksatriya bila telah dapat

mengatasi segala keadaan dengan baik dan

tak terikat pada kepentingan pribadi, bebas

melaksanakan kewajibannya dengan tidak gentar

sedikitpun menghadapi segala resiko meskipun

harus mengorbankan jiwa raganya. Ini bukan

berarti seorang Kṣatriya tidak punya cita-cita hidup untuk diri pribadinya. Bagi

seorang Ksatriya kemuliaan dan kenikmatan untuk diri sendiri, sama sekali

tidak termasuk dalam hitungan. Yang diutamakan dalam cita-citanya adalah

kebahagiaan dan keselamatan buat orang banyak dan justru karena malakukan

kewajiban itulah Ksatriya akan memproleh kesempurnaan hidup.

Dari sumber lontar Brahmokta Widhisastra dan Widhi Papincatan kita

memproleh gambaran bahwa jabatan Kṣatriya itu tidak berlaku permanen

karena dapat berubah atau turun kedudukannya (panten) kalau tidak dapat

melakukan kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan oleh ajaran agama.

Dalam Tabir Mahabrata kita memproleh gambaran bahwa seseorang Kṣatriya

tidak boleh ragu-ragu dalam mengambil sikap terutama ia melakukan tugas

dan kewajibannya. Seorang Ksatriya yang taat melakukan kewajiban untuk

membela kebenaran akan mendapat pahala utama. Hal ini diuraikan juga

dalam kekawin Nitisastra sargah IV bait 2 sebagai berikut:

Sumber: www.hinduism.iskon.org

Gambar 6.3 Ksatrya

157

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Sang śurāmênanging renānggana,

mamukti suka wibhawa bhoga wiryawān.

Sang śūrāpêjahing ranangga mangusir surapada

siniwing surāpsari. Yan bhiru n

mawêdi ng ranānggana pêjah yama-bala manikêp mamidana. Yan tan mati tininda

ringparajanenirang-irang inaňang sinorakên.

Terjemahan:

Sang Ksatriya memang dalam peperangan menikmati kesenangan,

kewibawaan, makan enak dan keagungan. Sang Kṣatriya bila mati dalam

peperangan, rohnya menuju swargaloka, dielu-elukan oleh para bidadari. Kalau

pengecut, lari dalam peperangan dan mati ditangkap dan dihukum, rohnya diadili

oleh Bhatara Yama. Kalau tidak mati, dicerca, diolok-olok dan ditawan oleh

musuh.

Di samping itu Bhagavadgītā II, 31 memberikan penjelasan yang lebih

gamblang tentang letak kesempurnaan seorang Kṣatriya dalam melakukan

tugas dan kwajiban. Sloka tersebut berbunyi sebagai berikut:

sva-dharmam api cāvekṣya

na vikampitum arhasi

dharmyād dhi yuddhāc chreyo ‘nyat

kṣatriyasya na vidyate

Terjemahan:

Apabila engkau sadar akan kewajibanmu, engkau tidak akan gentar, bagi

Kṣatriya tiada kebahagiaan yang lebih besar daripada berjuang menegakkan

kebenaran.

Dari sumber-sumber tersebut kiranya cukup jelas peranan dan fungsi

Kṣatriya Varna, yaitu memimpin dan melindungi rakyat. Dari sumber-sumber

itu pula dapat disebutkan bahwa raja sudah jelas dapat dipastikan tergolong

Varna Kṣatriya. Lontar Raja Pati Gondola menyebutkan tugas dan kewajiban

seorang raja sebagai golonganKṣatriya, antara lain, Raja harus mengeta¬hui

upaya sandhi yang terdiri dari tiga unsur yaitu: (a) Rupa artinya raja harus

dapat melihat wajah rakyat dengan baik, (b) Wangsa artinya raja harus dapat

melihat tata susunan masyarakat yang utama, (c) Guna artinya raja harus

mampu mengetahui rakyatnya yang memiliki keahlian.

Di samping lontar tersebut juga menggambarkan bahwa seorang raja

harus mengetahui Rajaniti Kamkamuka yaitu suatu ajaran yang menyebutkan

seorang raja adalah sebagai pengemudi dan negara sebagai perahu. Jika

perahu itu tanpa pengemudi, maka ia akan tenggelam di tengah-tengah lautan,

demikian pula sang raja tatkala memegang pemerintahan, kalau lengah sedikit

saja negara akan bisa hancur.

158

|

Kelas X SMA/SMK

Seorang raja harus hormat kepada dewa-dewa, memuja para Bhatara dan

harus hormat kepada para pendeta. Yang patut dimiliki oleh seorang raja

menurut agama Hindu adalah:

a.

Utpatiti yait

u pemikiran diri sendiri

b.

Castra samu

dbhavah artinya yang diperoleh dari ajaran agama

c.

Sangsar

ga artinya pemikiran memberi maaf antara sahabat

d.

Parinamidi

artinya sifat pemaaf bagi seorang pemimpin.

Dalam lontar Siwa Budha Tatwa seorang raja dalam menghadapi musuh

harus berpegang pada Panca Upaya Sandhi yaitu:

a.

Maya, artin

ya mengadakan pancingan-pancingan untuk mendapatkan

data-data tentang keadaan musuh

b.

Upeksa, art

inya meneliti hasil pancingan-pancingan itu

c.

Indrajala, ar

tinya memasang perangkap untuk menangkap musuh

d.

W

ikrama, artinya baru mengadakan tindakan

e.

Logika, arti

nya setiap tindakan harus berdasarkan perhitungan akal yang

matang.

Di dalam kekawin Ramayana digubah oleh pujangga Walmiki yang terdiri

dari 110 sloka, pada sloka pendahuluannya menyebutkan tentang sifat-sifat

Hyang Widhi Wasa yang menjadikan kekuatan bagi umatnya, dan tentang

kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang raja (pemimpin). Dalam sloka

kedua disebut:

Hyang Indra Surya Candranilah

Kuwera Bayuagni nahanwulu ta sira

maka angga sang bupati matangnyah

inisti asta brata.

Terjemahan:

Dewa Indra, Yama, Surya, Candra, Anila, Bayu, Kuwera, Baruna dan Agni

itulah delapan dewa yang merupakan badan sang raja/ pemimpin, delapan itulah

yang merupakan Asta Brata.

Kedelapan Brata yang menjadi badannya pemimpin itu bukanlah berdiri sendiri,

melainkan suatu kebulatan yang tidak dapat dipisahkan. Asta Brata memberi

pengaruh yang besar sekali dan kewibawaan yang luhur, sehingga pemimpin

itu mudah sekali menggerakkan orang/bawahannya, untuk bekerja menjalankan

tugasnya masing-masing. Dewa-dewa tersebut menurut Agama Hindu merupakan

personifikasi sifat-sifat Hyang Widhi.

159

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Jadi Dewa itu bukanlah Tuhan melainkan sifat-sifat Tuhan. Dilihat dari

sudut ini maka jelas nampak bahwa seseorang pemimpin dalam segala

tindakannya harus mencerminkan kemulyaan Hyang Widhi Wasa. Penjelasan

yang serupa benar dengan Asta Brata menurut Ramayana di atas dijumpai pula

dalam Manawa Dharmasastra VII, 4 sebagai berikut:

Indrānilayam ārkānām, agneśca varunasya ca

Candravitteśayoś caiva, mātrā nirhrtya śāśvatih.

Terjemahan:

Untuk memenuhi maksud dan tujuan itu, raja harus memiliki sifat-sifat partikel

yang kekal dari dewa: Indra, Wayu, Yama, Surya, Agni, Waruna, Candra dan

Kuwera.

Dari beberapa uraian tersebut, maka jelas bahwa yang paling berhak

untuk duduk di lapangan pemerintahan adalah Varna Kṣatriya. Rakyat harus

menghormati raja sebagai raja (pemerintah) dan sebaliknya Varna Kṣatriya itu

harus memperlakukan rakyat sebagai seorang bapak terhadap anaknya. Harta

benda rakyat tidak boleh diisap begitu saja dengan mengadakan pajak yang

bukan-bukan. Pajak yang dipungut oleh Varna Kṣatriya atau pemeritah harus

digunakan untuk kemakmuran negara.

Di Bali dan Jawa, ada istilah yang terkenal disebut Manunggaling Kawula

lawan Gusti yang maknanya harus ada persatuan antara rakyat dan pemerintahan.

Demikian pula ada istilah Katemuaming Bakti kelawan sweca yang maknanya

rakyat harus hormat dan mendukung pemerintah dan sebaliknya pemerintah

harus melindungi rakyatnya dari segala mara bahaya.

Dengan demikian kiranya disimpulkan bahwa Varna Kṣatriya itu adalah

golongan fungsional yang setiap orangnya memiliki kewibawaan, cinta tanah

air, serta bakat kelahiran untuk memimpin dan mempertahankan kesejahteraan

masyarakat, negara dan umat manusia berdasarkan dharmanya.

3. Kewajiban

V

arna

V

aiśya

V

arna Vaiśya merupakan Varna yang ketiga dalam susunan Catur Varna.

Kata Vaiśya (aslinya Vaisya) berasal dari bahasa Sansekerta dari urat kata

“Vie” artinya bermukim di atas tanah tertentu. Dari urat kata tersebut lalu

berkembang menjadi kata Vaiśya yang artinya golongan pekerja atau seorang

yang mengusahakan pertanian. Demikianlah dijelaskan oleh A.A. Mac Donel

dalam kamusnya. Dari keterangan-keterangan berikutnya memang peranan dan

fungsi Varna Vaiśya tidak begitu jauh menyimpang dari arti katanya. Peranan

dan fungsi Vaiśya dijumpai dalam beberapa pustaka suci Hindu. Bhagavadgītā

XVIII, 44, menguraikan kewajiban Varna Vaiśya sebagai berikut:

160

|

Kelas X SMA/SMK

kṛṣi-go-rakṣya-vāṇijyaḿ

vaiśya-karma svabhāva-jam

paricaryātmakaḿ karma

śūdrasyāpi svabhāva-jam

kṛṣi-go-rakṣya-vāṇijyaḿ

vaiśya-karma svabhāva-jam...

Terjemahan:

Bercocok tanam, beternak sapi dan berdagang adalah karma (kewajiban)

Waisya menurut bakatnya.

(Pendit, 2002: 444)

Sloka ini diterjemahkan oleh Prof. Dr. Ida Bagus Mantra sebagai berikut:

“Pertanian, pemeliharaan ternak dan perdagangan adalah kewajiban Vaiśya yang

lahir dari alamnya.” Jadi singkatnya fungsinya di sini adalah berfungsi dalam

bidang ekonomi. Dalam Manawa Dharmasastra I, 90, kewajiban Vaiśya adalah

sebagai berikut:

Hal yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa Varna Vaiśya itu dibolehkan

membungakan uang. Namun, membungakan uang terbatas untuk kepentingan

yang produktif dan bukan untuk kepentingan konsumtif, tidak pula dibenarkan

meminjamkan uang dengan motif pemerasan atau yang dikenal dengan istilah riba.

Selanjutnya pustaka suci Sarasamuccaya, 59, juga menguraikan tentang

kewajiban Varna Vaiśya sebagai berikut:

Sumber: www.beliefnet.com

Gambar 6.

4

Vai

ś

ya

161

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Waiśyo’ ‘dhitya brāhmanāt ksatriyādwā

dhanaih kāle Sambiwhajyāśritamśca

tretāpūrwan dhūmāmaghrāya punyam

pretya swarge dewasukha bhinukte.

Nihan ulaha Sang waiśya, mangajya sira ri sang Brāhmaṇa, ri sang

Kṣatriya kuneng, mwang maweha dāna ri tekaning dānakāla, ring

śubhadiwasa,dumdumana nira ta sakwehning mamaracraya ri sira mangelema

amūjā ring sang hyang tryagni ngaranira sang hyang apuy tiga, pratyekenira,

ahawaniya,garhaspatya, citāgni. āhawanidha ngaranira apuy ning asuruhan,

rumateng pinangan, Garhaspatya ngaranira apuy ri winarang, apan agni saksika

kramaning-winarang i kālaning wiwāha,citāgni ngaranira apuy ning manunu

cawa, nahan ta sanghyang

tryagni ngaranira, sira ta pujan

de sang waicya,

ulah nira ika mangkana, ya tumekaken sira ring swarga dlaha.

Terjemahan:

Yang patut dilakukan oleh Sang Vaiśya ialah ia harus belajar pada Sang

Brāhmaṇa maupun pada Sang Kṣatriya, dan hendaknya ia memberikan sedekah

pada saatnya/waktu persedekahan tiba, pada hari yang baik, hendaklah ia

membagi-bagikan sedekah kepada semua orang yang meminta bantuan kepadanya

dan taat mengadakan pemujaan terhadap tiga api suci yang disebut Tri Agni.

yaitu tiga api suci yang perinciannya adalah: Ahawania, Grehaspatya dan Citagni.

Ahawania artinya api tukang masak untuk memasak makanan, Grehaspatya artinya

api untuk upacara perkawinan, inilah api yang dipakai pada waktu perkawinan

sebagai api yang berfungsi sebagai saksi dalam perkawinan, Citagni artinya api

untuk membakar mayat itulah api yang disebut tri agni, ketiga api inilah yang

harus dihormati dan dipuja oleh Sang Vaiśya, perbuatannya itu akan mengantarkan

ia kelak ke sorga.

Keterangan Sarasamuccaya ini seperti berbeda dengan keterangan pustaka-

pustaka suci Hindu di atas, namun kalau direnungkan lebih mendalam tidak

ada perbedaan yang bersifat prinsipil. Cuma keterangan Sarasamuccaya ini

sedikit menambahkan bahwa seorang Vaiśya dalam fungsinya sebagai pengatur

ekonomi tidak boleh lepas dengan prinsip agama dan prinsip spiritual. Dengan

demikian dapat digambarkan bahwa sistem ekonomi Hindu, adalah ekonomi yang

mensejajarkan antara kebutuhan jasmani dan rohani.

Dari seluruh keterangan di depan, maka seluruh kewajiban Varna Vaiśya cukup

jelas yaitu berperan dalam mewujudkan kemakmuran ekonomi. Keterangan ini

sangat erat hubungannya dengan keterangan Chandra Prakash Bhambhri bahwa

salah satu tugas atau lapangan Dkamuniti adalah mewujudkan kemakmuran yang

disebut dengan istilah Vartta. Vartta ini meliputi tiga unsur pokok yaitu: pertanian

162

|

Kelas X SMA/SMK

(

agricultural

), peternakan (

cattle breading

) dan perdagangan (

trade

). Resi

Kautilya menyebutkan istilah Krsi, Raksya dan Wanijyam.

Jika disimpulkan, tugas Varna Vaiśya adalah untuk kemakmuran negara. Tugas-

tugas mereka terutama mengusahakan pertanian, peternakan dan perdagangan.

Vaiśya harus mengetahui dan mengatur harga barang-barang terutama barang-

barang yang merupakan kebutuhan pokok. Mereka harus mahir bercocok tanam,

harus tahu soal-soal keadaan tanah di seluruh daerah, apakah tanah itu subur atau

tidak, tanaman apa yang cocok untuk ditanam di masing-masing daerah. Mereka

harus mahir dalam seluk beluk timbangan dan barang-barang yang paling banyak

mendatangkan keuntungan. Vaiśya harus mahir dalam bidang peternakan. Mereka

harus selalu berdana punia pada golongan Brāhmaṇa dan membiyayai pendirian

tempat-tempat ibadah. Jadi Varna Vaiśya adalah golongan fungsional yang setiap

orang memiliki watak tekun, terampil, hemat, cermat dan keahlian serta bakat

kelahirannya untuk menyelenggarakan kemakmuran masyarakat negara dan

kemanusiaan.

4. Kewajiban

V

arna

Śudra

Kata Śudra berarti golongan pelayan. Keterangan mengenai peranan serta

fungsi Varna Śudra dari sumber-sumber pustaka suci

Agama Hindu hampir

senada dengan kata Śudra itu sendiri. Bhagavadgītā XVIII, 44 menguraikan

peranan dan fungsi Śudra senada dengan uraian di atas yaitu:

kṛṣi-go-rakṣya-vāṇijyaḿ

vaiśya-karma svabhāva-jam

paricaryātmakaḿ karma

śūdrasyāpi svabhāva-jam

paricaryātmakaḿ karma

śūdrasyāpi svabhāva-jam

Terjemahan:

Meladeni (menjual tenaga) adalah kewajiban Śudra menurut bakatnya.

Prof. Dr. Ida Bagus Mantra menterjemahkan sloka ini sebagai berikut:

“Pekerjaan yang mempunyai karakter pelayanan adalah kewajiban dari Śudra

yang lahir dari alamnya.” Seluruh keterangan di atas diperkuat lagi oleh kitab

Manawa Dharmasastra I, 91, sebagai berikut:

Ekam eva tu śūdrasya

prabhuh karma samādiśat

etesām eva varnānām

śuśrusām anasūyaya

Terjemahan:

Hanya satu tangan yang Tuhan tentukan untuk para Śudra yaitu memberikan

pelayanan dengan setia terhadap ketiga golongan lainnya.

163

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Ayat ini merupakan landasan hukum dan kriteria untuk menentukan apakah

seseorang termasuk katagori Śudra atau tidak. Menurut ayat ini kehidupan

pokok dari Śudra adalah kerja menjadi buruh, pekerja yang menggantungkan

hidupnya kepada orang lain dan hasil dari pada menjual tenaga. Seandainya

seorang Śudra tidak mendapat pekerjaan sebagai buruh atau pelayan, dan hal

itu akan mengancam hidupnya dan membuatnya kelaparan, maka seseorang

Śudra dapat bekerja sendiri. Hal ini dapat dibenarkan oleh sloka atau ayat 99.

Bab X kitab Manawa Dharmaśāstra yang bunyinya sebagai berikut:

Aśaknuvams tu śuśrūsām

śūdrah karttum dvijanmanām,

putradārātyayam prāpto

jivet kāruka karmabhih

Terjemahan:

Seorang Śudra karena tidak mempunyai dan memproleh pekerjaan

sebagai pelayan dan terancam akan kehilangan anak dan istrinya karena

lapar ia dapat menunjang hidupnya dengan kerja tangan.

Adapun pustaka Slokantara 38 menguraikan tentang kewajiban Varna

Śudra sebagai berikut:

Vanigranistu bhkamukrad wanijah padajatayah,

Krayavikrayakaryatha Ciidrastuvanijyakryah.

Kalinganyakaryasang Śudra adagang alayar

madwal awali, kawrdhyan ning artha donya,

banyak akriya, yeka cudra sasana, ling sanghyang aji.

Kunang ikang antyajati ngaranya, walu wilang nika sor

jagatyangeng rat ling sanghyang Castra.

Terjemahan:

Seseorang Śudra adalah pembuat barang pecah belah dan pedagang.

la melakukan pembelian dan penjualan, bekerja di lapangan jual beli.

Kewajiban seorang Śudra ialah mengembara berkeliling, menjual dan

membeli. Tujuan utamanya ialah memupuk kekayaan. la bekerja di

lapangan perdagangan. Inilah kewajiban seorang Śudra menurut kitab suci.

Prof. S.P. Kanal, penulis India moderen, mengatakan dalam bukunya

Dialogous on India Culture, bahwa kewajiban seorang Śudra yang utama ialah

bekerja di bawah bimbingan dan pengawasan ketiga golongan yang lainnya.

Ia menjalankan upacara keagamaan yang tidak usah memerlukan pembacaan

mantra-mantra.

164

|

Kelas X SMA/SMK

Demikian pula menurut Dr. Gangga Prasad Uphadyaya dalam bukunya

Vedic Culture. Jika ada orang yang tingkat kecerdasannya rendah, yang tidak

dapat menentukan pekerjaan apa yang harus dipilihnya untuk dirinya sendiri, ia

tidak akan dibiarkan hidup malas berpangku tangan saja, kemalasan itu sangat

berbahaya bagi masyarakat. Masyarakat memaksakan untuk mengerjakan

sesuatu atas petunjuk dan pengawasan mereka yang dapat memilih dan

memimpinnya, orang yang demikian dinamai kaum Śudra, orang malang.

Kemalangan ini yang menyebabkan ia diletakkan dalam tingkat yang paling

rendah, bukan dipaksakan kepadanya oleh masyarakat. la menjadi Śudra

bukan karena dipaksa oleh masyarakat. la menjadi demikian karena ia tidak

dapat dan tidak mampu karena kelemahan-kelemahannya sendiri. Meskipun

demikian iapun tidak dibuang oleh masyarakat, ia masih tetap sebagai salah

seorang anggotanya.

Dari seluruh uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa Varna Śudra itu

adalah mereka yang memenuhi kebutuhannya dengan menjadi pelayan,

pesuruh atau pembantu orang lain. Atau golongan fungsional yang setiap

orangnya hanya memiliki kekuatan jasmaniah, ketaatan serta bakat kelahiran

untuk sebagai pelaku utama dalam tugas-tugas memakmurkan masyarakat,

negara dan umat manusia atas petunjuk-petunjuk dari golongan fungsional

lainnya.

Kegiatan Siswa

Setelah mempelajari materi tentang kewajiban masing-masing warna ini,

kerjakan kegiatan siswa sebagai berikut :

1.

Carilah isu-

isu terhangat mengenai catur warna terkait dengan adanya kasta

dan diskriminasi dalam dimasyarakat!

2.

Amatilah pe

rmasalahan tersebut serta analisis secara mendalam.

3.

Presentasikan di depan ke

las.

165

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

D. Catur Varna dan Profesionalisme

Memahami Teks

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa dalam Bhagavadgītā dan kitab-

kitab Hindu lainnya disebutkan Tuhan hanya menciptakan empat profesi atau

Catur Varna padahal kita melihat dewasa ini banyak sekali jenis profesi yang

berkembang? Dapatkah semua jenis profesi itu dikelompokkan menjadi

empat kelompok profesi? Hal inilah yang perlu dibahas sehingga Catur Varna itu

menjadi lebih jelas perannya dalam pembangunan masyarakat.

Catur Varna itu adalah empat profesi yang diciptakan oleh Tuhan. Di dunia

ini, yang kekal abadi adalah Tuhan. Semua ciptaannya dapat berubah-ubah atau

mengalami penyempurnaan-penyempurnaan sesuai dengan tuntutan zaman.

Perbedaan setiap zaman inilah yang menyebabkan perbedaan penekanan

profesi atau Varna yang dibutuhkan. Pada zaman Kertha manusia berumur panjang

dan penuh dengan kebajikan, maka yang paling utama adalah melakukan tapa,

brata dan semadhi. Pada zaman ini profesi atau Varna Brāhmaṇalah yang paling

dibutuhkan. Karena Varna Brāhmaṇa yang paling dibutuhkan maka wajarlah

secara sosiologis Varna Brāhmaṇa yang dianggap paling utama. Pada zaman

Kerta kesucianlah yang dianggap paling penting.

Pada zaman Treta kesaktian atau kepinteran yang dianggap paling penting.

Pada zaman ini orang memuja-muja kemampuan (kesaktian). Zaman Treta profesi

Kṣatriya menjadi paling menonjol, karena itu Varna Kṣatriyalah yang dianggap

paling utama. Pada zaman Dwapara, yadnya yang dianggap paling utama.

Upacara yadnya yang besar akan menghabiskan dana yang besar, karena itu Varna

Vaiśyalah yang dianggap paling utama. Pada zaman Kali yang dianggap paling

utama adalah pemberian harta benda. Sumber harta benda adalah Varna Vaiśya

dan Śudra, karena itu Varna Vaiśya dan Śudralah yang dianggap paling menonjol.

Kedudukan utama pada masing-masing Varna yang didapatkan pada setiap

zaman hanyalah merupakan pkamungan sosiologis saja. Kalau ditinjau secara

filosofis, semua Varna adalah penting pada setiap zaman dan pada setiap orang.

Menurut Prof. Dr. I. B. Mantra, Catur Varna secara filosofis ada pada setiap

orang. Dalam bercita-cita hendaknya seseorang itu menjadikan dirinya seorang

Brāhmaṇa, dalam mengembangkan cita-citanya seseorang hendaknya menjadi

seorang Kṣatriya. Dalam hal memelihara kemakmurannya hendaknya ia menjadi

seorang Vaiśya, melayani semua itu hendaknya ia menjadi seorang Śudra. Keempat

Varna atau profesi itu unsur-unsur dasarnya ada pada diri setiap orang.

Idealnya keempat profesi itu dapat ditumbuhkan secara seimbang dan

profesional. Pertumbuhan unsur-unsur Varna atau profesi dalam diri setiap orang

tidaklah terlalu sama. Ada pada diri seseorang, yang lebih kuat pengaruh dan

pertumbuhannya bakat kerohanian, orang ini akan menjadi seorang Brāhmaṇa.

166

|

Kelas X SMA/SMK

Ada yang lebih dominan pertumbuhan bakatnya dalam kepemimpinan, orang ini

akan menjadi Varna Kṣatriya.

Catur Varna pada dasarnya landasan filosofis untuk mengembangkan

profesionalisme dalam rangka mendapatkan peranan dan fungsi dalam

pembangunan manusia dan masyarakat. Dalam konsepsi Varna Brāhmaṇa,

sebenarnya cukup jelas ruang dan peluang yang disediakan agar profesi ke

Brāhmaṇaan menjadi berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Fungsi

Varna Brāhmaṇa menjaga dan mempelajari

Veda dapat dilihat aktualisasinya

menjadi penyucian diri dan menyucikan orang lain. Belajar dan mengajar dengan

tulus ikhlas demikian bentuk nyata dari pengalaman Varna Brāhmaṇa. Mengatur

pemerintahan, menata masyarakat, melayani masyarakat adalah bentuk pengamalan

Varna Kstriya. Bergerak dalam bidang distribusi dan produksi barang-barang

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan konsumen adalah wujud dari pengamalan

profesi Varna Vaiśya. Membantu dengan tenaga fisik adalah pengamalan dari Varna

Śudra. Keempat Varna itu akan dapat saling isi mengisi antara satu dengan yang

lainnya. Pengelompokan masyarakat ke dalam empat Varna itu akan menumbuhkan

hubungan sosial yang saling membutuhkan. Keretakan di antara profesi itu akan

dapat merugikan semua pihak.

167

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Uji Kompetensi

1.

Jelaskan pengertian

Catur Warna !

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

2.

Sebutkan dan jelaskan pembagian dari catur warna !

------------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------------------------------------------

3.

Sebutkan kewajiban dari masing-masing warna dalam masyarakat !

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

4. Mengapa filosofi ajaran

Catur Warna pada dasarnya merupakan konsep dasar

dari profesionalisme? Jelaskanlah!

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

168

|

Kelas X SMA/SMK

5.

Seorang ksatriya varna harus memahami ajaran asta brata. Sebutkan dan

jelaskanlah hal itu!

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

6. Jelaskan Fungsi Varna Brahmana dalam kaitan profesionalisme pada jaman

modern!

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------------

169

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Refleksi Diri

1. Setelah belajar tentang catur warna tuliskan hal-hal baru yang dapat kamu

diketahui! ?

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

2.

Buatlah ringkasan dari materi catur warna !

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Paraf Guru

Paraf Orang Tua

Nilai

(........................................)

(........................................)

170

|

Kelas X SMA/SMK

Jawablah

pertanyaan

dibawah

ini dengan

memberikan

tanda

silang

(X)

pada pilihan jawaban a, b, c atau d pada jawaban yang paling tepat.

1.

Secara etimologi bahasa sansekerta yajña berarti...

a.

Korban suci

b.

Korban untuk para dewa

c.

Permintaan

d.

Korban kepada Dewa Surya

e.

Persembahan

2.

Persembahan yang ditunjukan kepada para leluhur dalam panca yajna disebut

dengan ...

a.

Dewa yajna

b.

Rsi yajna

c.

Pitra yajna

d.

Manusa yajna

e.

Bhuta yajna

3.

Bambang selalu melakukan persembahyangan trisanndhya tiga kali sehari,

membantu ibunya melakukan Yajna Sesa. Berdasarkan waktu pelaksanaannya

termasuk bagian dari yajna ...

a.

Naimitika yajña

b.

Nitya yajña

c.

Pitra yajña

d.

Dresta yajña

e.

Manusa yajña

4. Ketika melakukan Yajña Sesa yang dihaturkan di kompor atau tungku adalah

melambangkan persembahkan kepada ...

a.

Dewa Yama

b.

Dewa Bayu

c.

Dewa Brahma

d.

Dewa Visnu

e.

Dewa Indra

5.

Pelaksanaan yajña yang tidak sesuai dengan petunjuk kitab suci, karena

keegoannya orang yang melaksanakannya. Pelaksanaan yajña ini termasuk

yajña yang bersifat ...

a.

Satwika

b.

Rajasika

c.

Tamasika

171

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

d.

Semua jawaban benar

e.

Semua jawaban salah

6.

Inti dari pelaksanaan semua korban suci adalah lascarya. Arti kata lascarya

adalah ...

a.

Semaunya sendiri

b.

Rasa tulus ikhlas

c.

Berdasarkan keyakinan

d.

Berdasarkan sastra suci

e.

Berdasarkan kepentingan

7.

Pada cerita Ramayana yang diceritakan sebagai raja yang telah melakukan

persembahan kepada para dewa dan semua makhluk. Selain itu, digambarkan

sebagai ayah dari penjelmaan dewa Wishnu ke dunia ini adalah ...

a.

Raja Janaka

b.

Raja Drestarasta

c.

Raja Dasaratha

d.

Raja Indra

e.

Raja Pandu

8.

Upaveda dalam kedudukannya dalam

Veda adalah ...

a.

Sruti

b.

Smrti

c.

Upangga

Veda

d.

Sama

Veda

e.

Itihasa

9.

Pada kitab Ramayana diceritakan tentang pertemuan antara Rama dan Raja

Sugriwa. Dikanda manakah cerita tersebut....

a.

Bala kanda

b.

Kishkinda kanda

c.

Ayidhya kanda

d.

Uttara kanda

e.

Yudha kanda

172

|

Kelas X SMA/SMK

10.

Perjalanan rsi Vyasa dalam menuliskan kitab Mahabharata sangatlah unik,

sehingga mudah dipahami oleh masyarakat diseluruh dunia. Dalam parwa

apakah wejangan Krishna kepada Arjuna tentang pengetahuan tertinggi

terhadap Brahman ..

a.

Adi Parva

b.

Sorgarohana parva

c.

Bhisma Parva

d.

Karna parva

e.

Stri parwa

11.

Ilmu politik dan pemerintahan yang ada dalam ajaran Hindu tertuang dalam

kitab ...

a.

Yajur

b.

Sama

c.

Arthasastra

d.

Jyotisa

e.

Rg.

Veda

12.

Pengobatan dan ilmu hidup dalam ajaran Hindu tertuang dalam kitab ...

a.

Yajur

Veda

b.

Atharva

Veda

c.

Ayur

Veda

d.

Sama

Veda

e.

Rg.

Veda

13.

Kitab Gandharwa

Veda adalah kitab dalam kumpulan

Veda yang berisi

tentang...

a.

Kesenian

b.

Ilmu perang

c.

Perbintangan

d.

Perdagangan

e.

Astronomi

14. Ilmu perbintangan yang ada dalam ajaran Hindu terdapat dalam kitab ....

a.

Ayur

Veda

b.

Jyotisa

c.

Kalpa

d.

Arthasastra

e.

Atharva

Veda

173

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

15.

Untuk menentukan hari baik umat Hindu di Indonesia, khususnya di Bali

menggunakan ...

a.

Wewaran

b.

Wuku

c.

Weton

d.

Bulan

Purnama

e.

Rasi bintang

16.

Tingkatan kehidupan dalam ajaran Hindu disebut dengan ...

a.

Catur Yoga

b.

Catur Asrama

c.

Catur Marga

d.

Catur Brata

e.

Catur Dharma

17.

Andi untuk saat ini sedang menempuh kehidupan rumah tangga yang sudah

mempunyai dua anak. Dalam tahapan kehidupan

Agama Hindu Andi sedang

menjalankan masa ...

a.

Brahmacari

b.

Wanaprastha

c.

Grhasta

d.

Bhiksuka

e.

Sanyasin

18.

Pembagian keahlian dan pekerjaan dalam

Agama Hindu tertuang dalam

ajaran ...

a.

Catur Purusartha

b.

Catur asrama

c.

Catur warna

d.

Catur yuga

e.

Catur Dharma

19.

Seseorang yang bertugas menjaga keamanan negara, dalam ajaran Hindu

dikenal dengan ...

a.

Brahmacari

b.

Brahmana

c.

Ksatria

d. Śudra

e.

Vaisya

174

|

Kelas X SMA/SMK

20.

Pedagang yang ada di pasar yang berusaha untuk melayani semua

pembelinya, dalam ajaran Hindu dikenal dengan ...

a.

Ksatria

b. Śudra

c.

Wanaprasta

d. Vaiśya

e.

Brahmana

Paraf Guru

Paraf Orang Tua

Nilai

(........................................)

(........................................)

175

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Indeks

A

agama 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 19, 22,

28, 29, 30, 39, 45, 50, 53, 54,

70, 74, 76, 84, 86, 91, 118, 120,

128, 132, 133, 135, 143, 145,

149, 156, 160, 164, 175

ahaṁkāra 102, 103, 105

āstika 94, 95

ayodhyā 15

arthaśāstra 29, 43, 44, 45

ātman 96, 112

avidyā 109, 110, 112

ayodhyā 32

āyur veda 29, 46

B

baik-buruk hari 53

bhakti 2, 6

brāhmān 28

buddhi 97, 103, 104

C

catur asrama 117, 118, 120, 124, 137,

141, 175

catur guru 128

catur warna 145, 169

D

dauh 55, 70, 71, 76, 84

darśana 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96,

98, 101, 110, 113, 116

devān 1

dharma 29, 57, 66, 74, 98, 111, 112

dharma śāstra 29

dravya 7, 99

F

filsafat 28, 30, 90, 91, 92, 93, 101, 108,

113

G

gandharwa 29, 48

guṇa 99, 102, 104, 105, 110

H

hindu 2, 3, 4, 5, 8, 10, 19, 21, 22, 28,

29, 30, 31, 38, 39, 40, 43, 45,

48, 50, 53, 54, 61, 62, 64, 70,

72, 73, 74, 75, 76, 84, 90, 91,

92, 93, 111, 114, 116

homa yajña 16, 19, 23

I

i

tihāsa 29, 30, 38, 43, 50

J

jiwatman 47

jñāna 6, 8

K

karma 6, 39, 47, 98, 103, 107, 110, 112

kekawin 16, 20, 21, 22, 23, 31, 32

kelepasan 101, 105, 106, 112

kepercayaan 10, 14, 33

kurawa 34, 35

L

lontar 20, 21, 47, 53, 90

M

mahābhārata 12, 29, 30, 34, 37, 43

mahārṣi 18, 22, 31, 34, 94

mahat 102, 103, 104, 105

mīmāmsā 91, 93, 94, 110, 111, 112,

113, 114

manu 38, 44

176

|

Kelas X SMA/SMK

N

nāstika 94, 95

neraka 92

nyāyā 91, 93, 116

natarāja 49

nitiśāstra 44

P

panca yajña 6

pandawa 34, 35, 36

parwa 21, 37

pengetahuan 7, 8, 22, 28, 29, 41, 43, 46,

55, 67, 76, 89, 95, 96, 97, 98,

100, 101, 102, 103, 105, 106,

110, 112, 113, 115

purāna 29, 31, 37, 38, 39, 40, 41, 42,

43, 48

purnama 3, 9, 67, 70, 76, 175

padārtha 98

pañca indra 103

patañjali 94, 106, 107, 108, 109

pradhāna 102, 115

prakṛti 101, 102, 103, 104, 105, 110,

115

pramāṇa 96, 97

prāṇāyāma 107, 108

puruṣa 102, 103, 104, 107, 108, 110

R

rāmāyana 1, 12, 15, 16, 19, 20, 21, 22,

23, 25, 29, 30, 31, 32, 33, 37, 43

rājas 102, 103, 104, 105, 108, 109

S

śabda 28, 97, 113

samanya 99

sāṁkya 91, 93, 113, 115, 117

saṅskṛta 28

sasih 3, 9, 69, 70, 75, 76, 82, 87

śāstra 5, 6, 11, 16, 29, 49, 95

sloka 1, 11, 12, 19, 21, 23, 25, 34

sattvam 102, 103, 105

sattvika 105

śraddhā 5, 10, 11, 91

sudra 44

sūtra 91, 93, 94, 97, 98, 100, 102, 107,

111, 112, 114, 115, 116

T

tri ṛṇa 2, 3, 5

tri premana 79, 83

tamas 102, 103, 105, 108, 109

tattva 90, 96, 101, 107

tri guṇa 104

U

upaniṣad 45, 91, 113, 114, 115

upaveda 27

upaveda 27, 28, 29, 30, 38, 43, 46, 48,

49

V

vaisiseka 91, 93

veda 2, 3, 4, 7, 10, 21, 24, 27, 28, 29,

30, 43, 44, 46, 48, 49, 53, 54, 74,

91, 92, 93, 94, 95, 102, 110, 111,

112, 113, 114, 146, 147, 148, 149,

155, 157, 168, 173, 174

vedānta 91, 93, 94, 102, 110, 112, 113,

114, 115, 116

vedāngga 28, 29

veda smṛti 29

veda śruti 29, 46

W

wariga 52, 53, 54, 55, 57, 62, 72, 73,

75, 76, 82, 84, 85, 86, 87, 88

weton 80

wahyu 28, 29, 91, 102

wesya 151

wewaran 3, 55, 58, 59, 87, 175

wuku 3, 55, 57, 59, 60, 61, 62, 64, 75,

76, 82, 83

Y

yoga 7, 62, 81, 91, 93, 94, 106, 107,

108, 109, 110, 115, 125

177

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

advaita vedanta

bagian dari ajaran

hindu yaitu darsana

agni

api yang sangat erat kaitannya

dengan upacara atau dewa

pelindung yang selalu dipuja

oleh umat hindu

agni hotra

persembahan terhadap dewa

agni, nama suatu upacara yang

sangat penting di dalam ajaran

veda

ahimsa

tidak melakukan kejahatan dan

membunuh

akasa

angkasa, ether. dewa yang dipuja

saat membangun rumah.

ambika

ibu dari alam semesta, yang

senang membunuh. korban

raksasa siluman. nama dewi

padi, durga, dan parwati.

asvameda

upacara korban kuda yang

dilakukan oleh golongan hindu

jaman dahulu

avidya

kebodohan penyebab atman

terikat pada kehidupan dunia

atau neraka.

ayodhya

kota kuno di tepi sungai gogra

yang diperintah oleh iksvaku

atau manu dari dinasti surya.

bhagavadgita

nyanyian tuhan. ajaran

sang krsna dalam mahabharata

bhakti

persembahan atau penyerahan

diri menurut petunjuk agama

dalam usaha mencapai

kebebasan jiwa.

candra

bulan atau dewi bulan.

carvaka

nama salah satu darsana

yang membicarakan masalah

matrialis yang bersumber pada

ajaran barhaspati sutra.

daitya

raksasa, danawa, asura keturunan

diti yang merupakan lawan dari

para dewa.

daksina

pemberian yang diberikan

kepada pendeta yang

menyelesaikan suatu upacara.

kekuatan atau sakti dari upacara

yjana.

dandaka

hutan tempat sang rama,

laksmana dan dewi sita

berkelana

dharana

jiwa yang telah menemukan

alam surge.

dharma

moral yang diperintahkan oleh

ajaran agama.

grhasutra

buku suci yang mengandung

masalah hukum kemasyarakatan

dan upacara-upacara.

himsa

pembunuhan

homa

upacara selamtan pada dewa-

dewa dengan menaburkan ghrta

pada api suci.

Glosarium

178

|

Kelas X SMA/SMK

isvara

tuhan sebagai penguasa

pramesvara

jaya yajna

upacara kemenangan

jnana

ilmu pengetahuan tentang

kebebasan

kalpa

satu hari brahman

krsnapaksa/panglong

perhitungan

hari dimulai sesudah purnama

yang lamanya juga 15 hari dari

panglong 1 sampai dengan

pangglong 15.

laksa

pohon yang digunakan sebagai

obat untuk menyembuhkan luka

maharsi

rsi agung yang sangat terkenal

seperti sapta rsi.

moksa

ketenangan dan kebahagiaan

spiritual yang kekal abadi yang

merupakan tujuan akhir dari

umat hindu.

natya veda

ilmu tentang tari-tarian

niyama

kontrol terhadap pikiran yang

dilakukan olhe para yogi.

nirvikalpa samādhi

keadaan supra

sadar transenden.

padewasan

ilmu tentang hari yang baik.

dewasa ayu artinya hari yang

baik

purana

berarti tua atau kuno.

merupakan salah satu bagian

dari kitab itihasa yang memuat

catatan kisah sejarah agama

hindu.

prakrti

jenis wanita, kekuatan aktif,

sakti

purohita

pendeta pilihan atau berfungsi

sebagai pelindung untuk

melawan kekuatan magik

rajasika

aktif terhadap pengontrolan

terhadap pikiran

sadasiva

tuhan yang memiliki sifat aktif

samsara

ikatan terhadap dunia, lahir

kembali

sastra

ilmu hukum dan lain-lainnya

sidhisvara

dewa siwa dengan kekuatan

luar biasa

sloka

bait-bait yang terdapat dalam

weda.

suklapaksa/penanggal

perhitungan

hari-harinya dimulai sesudah

bulan mati (tilem) sampai

dengan purnama (bulan

sempurna).

rsi

orang-orang suci yang langsung

mengetahui mantra-mantra veda

dari tuhan.

upanayana

penyucian untuk seorang

murid yang baru belajar weda

yang dilakukan oleh guru.

vidya

ilmu pengetahuan

yogini

wanita yang memuja sakti atau

bhkekal abadi yang merupakan

tujuan akhir dari umat hindu.

179

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Aryana, IB Putra Manik. 2009.

Tenung Wariga Kunci Ramalan Astrologi Bali.

Denpasar: Bali Aga.

__________, 2009.

Dasar Wariga Kearifan Alam dalam Sistem Tarikh Bali.

Denpasar: Bali Aga.

Bajrayasa, dkk .1981.Acara I (Sad Acara). Jakarta :Mayasari.

Bangli, IB. 2005.

Wariga Dewasa Praktis

. Surabaya, Paramitha.

Gambar, I Made. 1986.

Prembon Serba Guna, Dalil Kelahiran Pertemuan Jodohan

Suami Istri, Padewasan.

Denpasar: Cempaka 2.

Kajeng, I Nyoman, dkk. 2001.

Sarasamuscaya.

Tanpa Penerbit.

Mantra, IB.

Bhagavadgita.

Pemda TK I Bali.

Maswinara, I Wayan. 2006.

Sistem Filsafat Hindu.

Surabaya: Paramita.

__________, (penterjemah). 2004.

RG

Veda Samhita, Mandala V, V, VI, VII

.

Surabaya: Paramitha.

Musna, I Wayan. 1991.

Kamus

Agama Hindu.

Denpasar: Upada Sastra.

Namayuda, IB. 1996.

Wariga

. Proyek Bimbingan dan Penyuluhan Kehidupan

Beragama Tersebar di 9 Daerah Tingkat II Se Bali.

_________ .2001.

Dasar Pengetahuan Tentang Wariga

. Kumpulan Materi

Pendalaman Sradha Bagi Yowana Semeton siwa Buddha Se Bali.

Nurkancana, Wayan. 2010.

Ramayana Kisah Kasih Perjalanan Rama.

Denpasar:

Pustaka Bali Post.

Ngurah, I Gusti Made. 2006.

Buku Pendidikan

Agama Hindu Untuk Perguruan

Tinggi.

Surabaya: Paramita.

Pendit, Nyoman S.

Bhagavadgita.

Denpasar:

Dharma Bakti.

PGAHN 6 Thn. Singaraja. 1971.

Nitisastra

, Pemerintah Daerah TK. I Bali.

Pudja,G. 1985.

Satu Pengantar Dalam Ilmu Weda

. Tanpa Penerbit.

Daftar Pustaka

180

|

Kelas X SMA/SMK

Pudja , G. dan Tjokorda Rai Sudharta. 2010.

Manava Dharmasastra

(

Veda Smerti

).

Surabaya: Paramita.

Rudia Adiputra, I Gede dkk. 1990.

Tattwa Darsana

. Jakarta: Yayasan Dharma

Sarathi.

Sudarsana, IB. Putu. 2003.

Ajaran

Agama Hindu

(

Samkhya Yoga

). Tanpa Penerbit.

Sudharta, Tjokorda Rai.

Pengantar Weda.

Jakarta:

Maya Sari.

Sudirga, Ida Bagus, dkk. 2007.

Widya Dharma

Agama Hindu.

Jakarta:Ganeca

Exact.

____________. 2011.

Widya Dharma

Agama Hindu untuk SMA

. Jakarta: Ganeca

Exact.

Suja, I Wayan. 2011.

Ritual veda Homa Tattwa Jnana.Surabaya

: Paramita.

Tim Penyusun. 2002.

Panca Yadny.

Pemrintah Provinsi Bali.

Titib, I Made. 1996.

V

eda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan

. Surabaya:

Paramita.

_____________2003.

Teologi dan Simbol-simbol dalam

Agama Hindu

. Surabaya:

Paramita.

____________2003.

Purana, sumber ajaran Hindu konprehensip.

Surabaya:

Paramita.

____________2008.

Itihasa Ramayana dan Mahabharata (Viracarita) Kajian

Kritis Sumber

Agama Hindu

. Surabaya:, Paramitha.

Tim Penyusun. 1992.

Buku Bacaan

Agama Hindu untuk SMA Kelas I

. Jakarta:

Hanoman Sakti.

Tim Penulis.1990.

Pelajaran

Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Tingkat Atas

Kelas III

. : Yayasan Dharma Sarathi.

Tim Penyusun.1990.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

. Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Penyusun.1997.

Budhi Pekerti Dalam Ceritra Yang Bernafaskan Hindu Untuk

S.M.U. Kelas II dan yang Sederajat

. Bali: MGMP

Agama Hindu SMU

Propinsi Bali.

Tim Penyusun. 2002.

Panca Yadnya

. Pemerintah Propinsi Bali.

Tonjaya Bendesa, I Nym Gd. 1994.

Dharmaning Pemaculan

. Denpasar: Ria.

Watra, I Wayan. 2007.

Pengantar Filsafat Hindu (Tattwa I).

Surabaya:

.

Paramita.

181

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Wiana, I Ketut. 2006.

Memahami Perbedaan Catur Varna, Kasta dan Wangsa

.

Surabaya: Paramita.

__________,. 1993.

Kasta Dalam Hindu : Kesalahpahaman Berabad-abad

.

Denpasar : Yayasan Dharma Naradha.

Yayasan Satya Hindu Dharma. 1992.

Kunci Wariga Dewasa.

Denpasar: Upada

Sastra.

_____________. 2005.

Penelusuran Modern Wariga Warisan Budaya Adiluhun.

Denpasar: Panakom.

182

|

Kelas X SMA/SMK

Nama Lengkap

: Drs.Ida Bagus Sudirga,M.Pd.H

Telp. Kantor/HP

: (0361485363)/ 081338327723

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: [email protected]

Alamat Kantor

: Jl Gunung Rinjani Monang Maning

Denpasar

Bidang Keahlian:

Mengajar Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Sebagai Guru di SMA Negeri 4 Denpasar

2.

Sebagai Guru di SMA PGRI 2 Denpasar

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

2009

– 2011, S2 Fakultas Dharma Acarya /jurusan/program studi Pendidikan

Agama Hindu Institut Hindu Dharma Negeri ( IHDN ) Denpasar

.

2.

1984 – 1988 S1 Fakultas Pendidikan Agama /jurusan/program studi Ilmu

Pendidikan Agama Hindu, Institut Hindu Dharma Denpasar.

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Dasar-Dasar Pendidikan (2010);

2.

Buku Teks Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk SMA Kelas X, XI,

dan XII (2006).

3.

Widya Dharma Agama Hindu untuk SMA,yang diterbitkan oleh Ganeca Exact

Jakarta tahun 2007.

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

Widya Dharma Agama Hindu untuk SMA,yang diterbitkan oleh Ganeca Exact Jakarta

tahun 2007

Profil Penulis

183

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Nama Lengkap

: Dr. I Nyoman Yoga Segara, M.Hum.

Telp. Kantor/HP

: 0361-232980/08129050995

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: [email protected]

Alamat Kantor

: Pascasarjana IHDN Denpasar,

Jl. Kenyeri 57 Denpasar

Bidang Keahlian:

Antropologi dan Ilmu Filsafat

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

2006 – 2014, Widyaiswara Pusdiklat Tenaga Administrasi, Badan Litbang dan

Diklat Kementerian Agama.

2.

2014 – 2015, Peneliti Pusat Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat

Kementerian Agama.

3.

2015 – sekarang, Dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar.

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

2008 – 2011, S3 FISIP/Pascasarjana/Ilmu Antropologi/Universitas Indonesia.

2.

2001 – 2004, S2 FIB/Pascasarjana/Ilmu Filsafat/Universitas Indonesia.

3.

1993 – 1998, S1 FIA/Filsafat Agama/Sastra dan Filsafat Hindu/Universitas Hindu

Indonesia.

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Pengawasan dengan Pendekatan Agama, 2013. Jakarta: Itjen Press.

2.

Bagaimana Umat Hindu Melestarikan Lingkungan, 2013. Jakarta: KLH dan PHDI

Pusat.

3.

Perkawinan Nyerod: Kontestasi, Negosiasi dan Komodifikasi di Atas Mozaik

Kebudayaan Bali, 2015. Jakarta: Saadah Cipta Mandiri.

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Refleksi Filsafat Politik dalam Kautilya Arthasastra, 2012. STAHDN Jakarta.

2.

Biaya Perkawinan di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Semarang Barat dan

Kecamatan Mijen, Jawa Tengah Pasca Ditetapkannya PP Nomor 48 Tahun 2014

dan PMA Nomor 24 Tahun 2014, 2014. Puslitbang Kehidupan Keagamaan.

3.

Model-Model Pemberdayaan Rumah Ibadat, 2014. Puslitbang Kehidupan

Keagamaan.

4.

Tren Cerai Gugat Dikalangan Muslim Indonesia, 2015. Puslitbang Kehidupan

Keagamaan.

5.

Survei Kerukunan Umat Beragama di Indonesia Tahun 2015, 2015. Puslitbang

Kehidupan Keagamaan.

6.

Aktualisasi Nilai-Nilai Agama dalam Pencegahan Tindakan Korupsi, 2015.

Puslitbang Kehidupan Keagamaan.

7.

PERWALI: Oasis di Tengah Sengkarut Pengelolaan Zakat di Kota Surakarta, 2015.

Puslitbang Kehidupan Keagamaan.

8.

Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji oleh KUA, 2015. Puslitbang Kehidupan

Keagamaan.

9.

Analisis Hubungan Persepsi Terhadap Keluarnya Peraturan Menteri Agama Nomor

56 Tahun 2014 dengan Tingkat Kesiapan Pengelola Pasraman, Masyarakat, dan

Pemerintah, 2015. STAHDN Jakarta.

Profil Penulis

184

|

Kelas X SMA/SMK

Nama Lengkap

: Dr. Wayan Paramartha,SH.,M.Pd.

Telp. Kantor/HP

:

(0361485363)/ 081338327723

E-mail

: wayan_Paramartha@ yahoo.com

Akun Facebook

: Wayan Paramartha

Alamat Kantor

: Jl. Sangalangit, Tembau Penatih Denpasar. Tilp.

(0361)464700, 464800

Bidang Keahlian:

Manajemen pendidikan, telaah kurikulum, evaluasi

pendidikan,  metodologi penelitian pendidikan, landasan 

pendidikan dan teori pendidikan

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Sebagai Asdir II Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia- 2004-2008

2.

Sebagai Wakil Rektor III -2008

3.

Sebagai Kaprodi Magister (S2) Pendidikan Agama Dan Evaluasi Pendidikan

Agama Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia- 2011- Semarang.

4.

Sebagai Editor Modul Metodologi Penelitian, Modul Evaluasi Pendidikan - 2008.

5.

Menyusul Modul Majemen Pendidikan-Dirjen Bimas Hindu Kemenag RI-2008

6.

Instruktur PLPG Guru Agama Hindu- Dirjen Bimas Hindu Kemenag RI-2008, 2011.

7.

Sebagai Penelaah Buku Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti (BG,BS)

Tk.Dasar dan Mengah th. 2013, 2014, 2015, 2016.

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3:

Universitas Negeri Malang, Program Pascasarjana, Program Studi Manajemen

Pendidikan, tahun masuk 2008, tahun lulus 2011.

2.

S2:

IKIP Negeri Singaraja, Program Pascasarjana (S2) jurusan/Program Studi

Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan tahun masuk 2001, tahun lulus 2003;

3.

S1:

Univ. Mahendradata, Fakultas Hukum, jurusan/program studi, Hukum

Keperdataan tahun masuk 1991, tahun lulus 1994.

4.

S1:

Universitas Udayana Denpasar, FKIP, jurusan/program studi  Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial/Sejarah/Anthropologi, tahun masuk 1980, tahun lulus

1985;

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Modul Metodologi Penelitian th. 2007, Kemenag.

2.

Modul  Evaluasi Pendidikan th. 2007, Kemenag.

3.

Manajemen Pendidikan the. 2012, Kemenag

4.

Buku Guru dan Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti, th. 2013,

2014, dan 2015,  Kemendikbud.

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Menggungkap Model Pendidikan Hindu Bali Tradisional Aguron-guron th.2014,

Kemenristek Dikti.

2.

Menggungkap Model Pendidikan Hindu Bali Tradsional Aguron-guron th. 2015,

Kemenristek Dikti.

Profil Penelaah

185

Pendidikan Agama Hindu

dan Budi Pekerti

|

Nama Lengkap

: K.S. Arsana, S.Psi

Telp. Kantor/HP

: 021-4711870/082254134898.

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: OareSaga (Arsana)

Alamat Kantor

: PT Sato Human Dynamics,

Perkantoran Graha Mas Pemuda Blok AD-5,

Jalan Pemuda, Rawamangun, Jakarta Timur

Bidang Keahlian:

Pelatihan dan Pengembangan SDM,

Manajemen Strategik, dan Filsafat Hindu

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Januari 2004 – Sekarang: Pendiri dan Managing Director PT Sato Human

Dynamics

2.

Juli 2014 – Sekarang: Dosen dan Ketua LP3M STAH “Dharma Nusantara”,

Jakarta

3.

Maret 2015 – Sekarang: Anggota Tim Panel Ahli di Kementerian

Komunikasi dan Informatika RI

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S1:

Ilmu Psikologi, Universitas Gadjah Mada, 1983 – 1988.

Judul Buku yang Pernah Ditelaah (10 Tahun Terakhir):

1.

The Arts of Leadership – Seni Kepemimpinan

2.

Nature Wisdom – Inspirasi Kebijaksanaan Alam

3.

The Essence of Spiritual Leadership

4.

The Joy of Giving and Forgiving

Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Tidak ada

Sebagai Inspirator, Public Speaker, dan Trainer, selain di Indonesia penulis

telah berbagi pengetahuan dan pengalaman di berbagai negara di lima (5)

benua.

Profil Penelaah

186

|

Kelas X SMA/SMK

Nama Lengkap

:

A

ndi S. Fatmawati, SH.

Telp. Kantor/HP

:

021-3804248

E-mail

:

andinana62@g

mail.com

Akun Facebook

:

A

lamat Kantor

:

Jl

. Gunung Sahari Raya No. 4, Jakarta Pusat

Bidang Keahlian:

C

opy Editor

R

iwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

2015 – 2016: S

taf bidang Perbukuan di Pusat Kurikulum dan Perbukuan,

Balitbang, Kemdikbud.

2.

2011 - 2015: S

taf bidang PAUDNI di Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,

Kemdikbud.

3.

2006 – 2011: P

embantu Pimpinan di Bidang Informasi Pusat Perbukuan, Setjen,

Depdiknas.

R

iwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S1: Huk

um Perdata, Universitas Tarumanegara (1991)

Judul Buku y

ang Pernah Di

edit

(10 Tahun Terakhir):

1.

Buk

u Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Kelas IV SD Tahun 2016.

Judul

Penelitian dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

Tidak ada

P

rofil Editor

HIDUP MENJADI

LEBIH INDAH

TANPA NARKOBA.